News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

BPOM Yogyakarta Bentuk 1000 Duta Perangi Boraks

BPOM Yogyakarta Bentuk 1000 Duta Perangi Boraks


Dewi Prawitasari, Kepala BPOM Yogyakarta 

WARTAJOGJA.ID : Di Indonesia, penambahan boraks pada makanan sudah dilarang. Meski begitu, masih dapat dijumpai makanan yang mengandung boraks di pasaran. Mulai dari bakso, mie, kerupuk, dan beberapa jenis jajanan pasar.

Padahal jika boraks masuk ke dalam tubuh dalam jumlah besar, maka dalam periode yang singkat dapat menyebabkan beragam masalah kesehatan serius, berupa kanker, gangguan lambung, usus, hati, bahkan gagal ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian.

Mengingat dampak buruk boraks pada kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Yogyakarta turun tangan melakukan pengecekan secara berkala sekaligus penarikan produk makanan yang mengandung bahan kimia yang berbahaya untuk tubuh, termasuk boraks.

BPOM Yogyakarta juga bertekad untuk memutus penggunaan boraks atau yang di masyarakat disebut dengan beragam julukan seperti bleng, obat krupuk, dan sebagainya.

Dalam kesehariannya, warga di Yogyakarta ada yang masih memakai bleng untuk membuat lempeng atau krupuk puli dari gendar (adonan dari nasi) 

Dewi Prawitasari, Kepala BPOM Yogyakarta mengatakan gerakan untuk memutus pemakaian bleng atau boraks di masyarakat bernama Aksi Geber (Gendarku Bebas Boraks). Ia mengatakan bleng atau boraks biasanya digunakan untuk pengawet, antiseptik, dan pupuk kelapa sawit.

"Bleng ini secara turun-temurun dipakai masyarakat Yogyakarta untuk membuat gendar, lalu dipotong-potong menjadi lempeng atau kerupuk. Ini produk makanan tidak sehat. Jika dikonsumsi terus-menerus dalam waktu lama, banyak terpapar, bisa menimbulkan kanker dan tumor,"jelasnya, Jumat (2/7/2021).

Dewi mengatakan inovasi BPOM untuk memutus penggunaan bleng melibatkan masyarakat untuk peningkatan pelayanan publik. "Kami sudah membentuk 50 kader di 4 kabupaten dan 1 kota di Yogyakarta. Kader ini akan memberikan pelayanan langsung ke masyarakat dengan penyuluhan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)," ujarnya.

"Setiap 1 kader, nanti di daerah asalnya akan memberikan informasi atau KIE tentang bahaya bleng ke 20 orang lainnya, lalu akan menjadi duta Aksi Geber," imbuhnya.

Dewi mengatakan para kader Aksi Geber berasal dari elemen-elemen masyarakat seperti PKK, guru, Dharma Wanita, Aisyah, Fatayat NU, Muslimat NU, dan lainnya. Kader Aksi Geber akan menyasar pelaku usaha gendar dan masyarakat umum, bisa penjual atau warga.

"8 hari sejak Aksi Gendar diluncurkan, kita sudah mencapai 549 duta. Target kita 1000 duta Aksi Geber dalam tiga minggu," imbuhnya.

Menurut Dewi, kader dan duta Aksi Gendar tidak hanya menyosialisasikan bahaya bleng atau boraks, tapi juga memberikan solusi untuk membuat Gendar tanpa bleng. "Kita akan mengubah mindset masyarakat, bahan berbahaya tidak digunakan tapi diganti dengan bahan lain," ucapnya.

"Solusi pengganti, cara membuat lempeng gendar tanpa bleng, yaitu menggunakan tepung kanji, soda kue, dan misonyal," imbuhnya.

Dewi mengatakan untuk 2 mangkok nasi, bisa dicampur dengan 1 tepung kanji, kemudian diuleni, dikukus, lalu baru dipotong-potong, dijemur terus digoreng. "Tidak kalah rasanya dengan bleng. Pangannya aman dan bermutu," katanya.

"Solusi ini tanpa bleng ini lebih ekonomis karena lebih murah. Misalnya, untuk Misonyal, 1 sendok teh bisa dipakai untuk 1 kilo nasi. Ini yang kita perkenalkan kepada masyarakat," imbuhnya.

Dewi mengatakan aksi Geber ini juga bertujuan untuk mempertahankan makanan tradisional gendar tetap diproduksi, tetapi memakai bahan yang sehat sehingga tetap menggerakkan ekonomi rakyat. "Kita tahu secara turun-temurun masyarakat Jogja sudah lama sekali membuat gendar," ujarnya. (Cak/Rls

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment