News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Bijak Berdiskusi Publik melalui Platform Digital

Bijak Berdiskusi Publik melalui Platform Digital




Kebumen – Ada banyak sekali kasus di media sosial. Umumnya kasus itu dimulai dari unggahan maupun percakapan yang mengandung hinaan, berkata-kata kasar, ujaran kebencian, perundungan, berita bohong, penyebaran konten pornografi, konten negatif, hingga tidak menyaring informasi dari penggunanya.

”Selain menimbulkan ketidaknyamanan, kandungan muatan tersebut tak jarang berujung pada pemanggilan atau laporan ke polisi. Di sini pentingnya pemahaman dan literasi digital skill terus digaungkan,” ujar Ade Irma Sukmawati pada acara webinar literasi digital yang digelar oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Senin (19/7/2021).

Diskusi virtual bertajuk ”Ruang Diskusi Publik melalui Platform Digital” yang dipandu moderator Dannys Citra itu berlangsung hangat, diikuti sekira 600 peserta dengan empat narasumber utama. Selain Ade Irma Sukmawati, ada Jota Eko Hapsoro (Founder & CEO jogjania.com), Solahudin (Ketua Pergunu Kebumen), Mustholih (Dosen UNMU Kebumen), dan Neshia Sylvia selaku key opinion leader.

Ade Irma menyatakan, untuk bermedia sosial kita tidak cukup hanya mampu mengoperasikan berbagai perangkat TIK (teknologi informasi dan komunikasi) dalam kehidupan sehari-hari. Namun juga harus bisa mengoptimalkan penggunaannya untuk sebesar-besar manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

”Optimalisasi fitur pada aplikasi percakapan dan media sosial bisa membantu penggunanya terpapar konten negatif. Fitur dalam aplikasi juga dapat dioptimalisasi penggunaannya baik untuk mengatasi kendala dalam beraktivitas daring maupun untuk melindungi diri,” jelas pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Yogyakarta itu.

Menurut Irma, hampir seluruh platform media digital memiliki fasilitas optimalisasi fitur. Contohnya google cek fakta, fitur menyembunyikan komentar negatif facebook, pengaturan privasi postingan maupun tagging, dan masih banyak lagi.

”Bahkan aplikasi percakapan WhatsApp juga memiliki fasilitas blocking dan laporkan. Dengan blokir akun, maka akun tidak dapat berinteraksi dengan kita secara personal dan akun tidak mengalami tindakan lebih lanjut,” jelas Irma.

Sedangkan pelaporan akun, membuat akun terlapor tidak dapat difungsikan. Akun juga dapat dihentikan sementara maupun permanen oleh sistem.

Selanjutnya, Irma juga memberikan tips dan trik yang bisa dijadikan pertimbangan dalam bermedia digital: saring sebelum sharing, cek fakta, dan seberapa penting dan bermanfaat konten tersebut.

Tips lain, lanjut Irma, sesuaikan setelan dengan perangkat dan kebutuhan penggunaan; optimalisasikan tampilan agar penggunaan fitur dapat mendukung komunikasi daring yang efektif; lakukan penyesuaian pada setelan sehingga menghindari masalah penggunaan.

”Untuk pengguna medsos: lindungi identitas pribadi yang dimunculkan dalam akun, hindari pelanggaran dalam menggunakan media sosial, dan sesuaikan penggunaan media sosial dengan spesifikasi gawai dan ketersediaan layanan jaringan,” ujarnya.

Berikutnya, Ketua Persatuan Guru Nahdatul Ulama (Pergunu) Kebumen Muchamad Solahudin menyampaikan pentingnya sikap bijak di media sosial. Menurutnya, meskipun fisik kita ada di rumah tapi orang lain membaca kita lewat tulisan yang kita sebar.

Solahudin menyatakan, sikap bijak itu harus tetap kita tunjukkan meski kita terpisah jarak ribuan kilometer dengan mereka yang berinteraksi dengan kita. Jarak juga bukan penghalang untuk dapat mengetahui privasi kita masing-masing meski belum pernah saling jumpa.

Selanjutnya, Solahudin memberikan kata kunci ”Think” dalam melaksanakan etika di dunia digital. Think yang merupakan kependekan dari kata True, Helpful, Illegal, Necessary, dan Kind itu, merupakan landasan etis dalam dunia digital.

”Saat membaca pesan di media digital, nalar kita harus bertanya: Betulkah? Kemudian apakah informasi tersebut, Membantukah? Apakah informasi itu tidak Illegal? Seberapa, Diperlukankah? Dan terakhir apakah informasi itu Bergunakah?,” jelas Solahudin. 

Senada dengan Solahudin, pengajar UNMU Kebumen Mustholih menyatakan, diskusi itu penting, karena dari diskusi muncul gagasan dan pemikiran penting. Bahkan kemajuan peradaban saat ini tak bisa lepas dari diskusi yang dilakukan oleh para cerdik pandai mulai zaman Yunani.

Namun, kata Mustholih, wabah pandemi tidak memungkinkan forum diskusi tatap muka bisa dilaksanakan. Solusinya, berdiskusi lewat daring sebagaimana dilakukan saat ini.

Terkait media sosial, Mustholih berpendapat, apa yang kita tulis di medsos adalah mewakili diri kita. Untuk itu, ia berpesan agar lebih berhati-hati menggunakan media sosial. ”Ibarat naik mobil, harus imbang antara gas dan rem. Pengereman mendadak bahaya, begitu juga mengegas berlebihan juga bisa celaka,” tegas Mustholih. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment