News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Ayo, Sebarkan Informasi Bermanfaat dan Lakukan Siskamling Digital

Ayo, Sebarkan Informasi Bermanfaat dan Lakukan Siskamling Digital




Klaten – Bijak berkomentar di ruang digital bisa bermakna menghindari konten negatif, tidak melakukan hoaks, ujaran kebencian (hate speech) dan cyberbullying, namun selalu menebarkan hal positif dan bermanfaat bagi sesama.

Konten negatif atau konten ilegal di dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang telah diubah melalui UU Nomor 19 Tahun 2016 (UU ITE) dijelaskan sebagai informasi dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan dan/atau pengancaman, penyebaran berita bohong dan menyesatkan sehingga mengakibatkan kerugian pengguna.

Demikian diungkapkan Aulia Putri Juniarto dari Kaizen Room pada webinar literasi digital bertajuk ”Bijak Berkomentar di Ruang Digital” gelaran Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu (28/7/2021). 

Diskusi virtual yang dipandu oleh moderator entertainer Dannys Citra itu, juga menampilkan narasumber Citra Rosalyn Anwar (dosen Universitas Negeri Makassar), Anang Dwi Santoso (dosen Universitas Sriwijaya), Nurul Hajar Latifah (pendidik dan aktivis Lintas Iman Klaten), dan jurnalis Adew Wahyu selaku key opinion leader.

Jangan mudah terhasut! Kata Putri Juniarto. Menurut Posetti & Boncheva (2020), lanjut Putri, motivasi para penyebar konten negatif dilandasi kepentingan ekonomi (mencari uang), politik (menjatuhkan kelompok politik tertentu), mencari kambing hitam, dan memecah belah masyarakat (berkaitan suku agama ras dan antargolongan/SARA).

Untuk mengurangi konten hoaks di ruang digital, Putri menawarkan beberapa cara yang dikemas dalam istilah ”STOP” hoaks yang merupakan kependekan dari kata See, Talk, Observe, dan Prevent. 

”See: lihat dan kenali hoaks, Talk: diskusikan, Observe: amati dan cermati, dan Prevent: cegah. Sebarkan informasi bermanfaat dan inspiratif, lakukan siskamling digital, pelajari literasi digital, dan bijak bersosial media,” beber Putri.

Mengingat dampaknya yang bisa memicu perpecahan, ketakutan, menurunkan reputasi, bahkan membuat fakta menjadi sulit dipercaya, Putri mengajak peserta webinar memerangi hoaks dimulai dari diri sendiri semisal dari grup percakapan WhatsApp keluarga.

”Cek dan ricek link kiriman di grup WhatsApp keluarga, jika tidak menggunakan tanda gembok, bukan https, dan menggunakan URL yang aneh, pastikan itu adalah hoaks atau link palsu,” tegas Putri.

Cara lain agar tidak mudah terpengaruh konten negatif, yakni dengan cara meningkatkan kewaspadaan saat bermain di ruang digital, meningkatkan pengetahuan terkait data apa yang perlu dilindungi, kembangkan cara berpikir kritis dan tidak mudah percaya sebelum melihat bukti, pilah konten, dan budayakan kebiasaan membaca.

Berikutnya, pengajar Universitas Negeri Makassar Citra Roslyn Anwar menyatakan, seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.

Menurut Citra, seperti halnya penampilan ”glowing” yang harus dijaga dengan skincare, wajah digital juga perlu dirawat. Cakap digital akan menjadi perawatan yang tepat, termasuk cakap memilih waktu untuk pansos dan pamer yang tepat, dan penting untuk membangun rekam jejak yang glowing.

Agar cakap, aman, dan bijak di dunia digital, sambung Citra, semuanya dimulai dari "titik tiga atau garis tiga” yang biasanya terdapat di pojok kanan atas setiap aplikasi media sosial. Titik atau garis tiga adalah kunci kita agar cakap di ruang digital. 

”Saya sering menyebutnya sebagai The Power of Garis Tiga, karena di sana kita bisa temukan berbagai kunci pengamanan, pengaturan penggunaan alat komunikasi dan aplikasi,” pungkas Citra. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment