News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Agar Tidak Tekor dan Tertipu Saat Belanja Online

Agar Tidak Tekor dan Tertipu Saat Belanja Online

 



KOTA SEMARANG – Pegiat Social Media Analyst Dinda Citra Azalia menuturkan, pandemi Covid-19 mau tak mau turut berpengaruh pada perubahan pola hidup masyarakat Indonesia.


“Salah satunya, kebiasaan belanja yang mulai beralih ke digital dengan memanfaatkan platform e-commerce untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kata Dinda dalam webinar literasi digital dengan topik ”Memahami Aturan Bertransaksi di Dunia Digital" yang dihelat Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (18/6/2021). 

 

Dalam webinar yang juga menghadirkan narasumber seperti Ade Irma Sukmawati (UTY): Aina Masrurin (media planner CeritaSantri.id), Maryam Fithriati (Founder Pitakonan Studio and Management), serta dipandu moderator Mafin Rizqi dan presenter Nadia Intan selaku key opinion leader itu, Dinda mengatakan, peningkatan konsumen belanja online itu juga diwarnai maraknya aksi penipuan.


“Maraknya penipuan saat belanja online ini karena pada 2020 saja, dari pengguna internet di Indonesia yang sebanyak 202,6 juta orang, 109 juta di antaranya menggunakan internet sebagai alat untuk berbelanja,” tutur Dinda. 


Oleh sebab itu, ia mendorong masyarakat agar "main aman" saat belanja online dengan cara memahami modus-modus penipuan yang selama ini memanfaatkan kekurangpahaman konsumen.


Lantas bagaimana caranya?


“Cara agar tidak tertipu dan jadi korban, kita harus lebih pintar dari penipu-penipu online yang ada ini. Kenali modus dan cirinya,” kata dia.


Dinda menjabarkan ciri-ciri penipu atau toko-toko online yang melancarkan aksi penipuan, salah satunya melalui harga atau diskon barang atas produk yang ditawarkan. 


“Jadi, kalau misalkan penipu atau toko tersebut menawarkan harga yang murah banget atau enggak masuk akal murahnya, itu sudah jadi ciri pertama. Makanya, kita perlu bandingkan harga produk itu dengan lainnya. Jangan tergiur harga murah,” ujar Dinda. 


Lebih lanjut Dinda mengatakan, aksi penipuan ciri-cirinya bisa dilihat dari identitas usaha itu. Menurutnya, ini termasuk penipu yang lumayan canggih karena ‘modal’ dengan membuat identitas seolah terpercaya, membuat toko online, termasuk memasukkan sejumlah review palsu agar dipercaya. “Jadi seolah-olah toko itu ada, padahal tidak ada,” cetus Dinda.


Selain itu, penipu online lain biasanya juga dicirikan dengan ketidaksesuaian barang atau produk yang diterima dengan yang dipesan. 


Dinda mengungkap para penipu online ini juga berupaya meyakinkan konsumen dengan akun medsos. “Kalau akun medsos itu baru dibuat, sebaiknya hati-hati. Bisa jadi penipu itu membuat akun medsos baru karena di akun medsos lain identitasnya sudah di-blacklist dan tidak bisa berjualan lagi maka memindahkan ke akun lain,” tambah Dinda.


“Berhati-hatilah juga ketika diajak COD (bertemu langsung). Umumnya untuk COD yang mengajak adalah konsumen, bukan penjualnya, apalagi dengan cara dipaksa karena banyak juga kasus-kasus penipuan yang modelnya seperti ini,” jelas Dinda.


Ciri terakhir yang bisa dikenali dari kasus penipuan, adalah penjual itu menolak tokonya didatangi langsung dan menolak mengirim foto atau video dari produk yang akan kita beli.


Dinda mengatakan, penipuan online sudah cukup marak dan mencengangkan angka korbannya. Periode 2019 sampai Januari 2020 saja ada 1.617 kasus dilaporkan dan kerugiannya mencapai Rp 499,2 miliar.


“Uang yang hilang ini bukan uang yang di awang-awang, tapi uang kita sebagai konsumen karena oknum-oknum penipu itu,” kata Dinda.


Maryam Fithriati selaku Founder Pitakonan Studio and Management mengatakan, aksi-aksi kejahatan seperti penipuan belanja online yang marak dapat ditekan jika dalam masyarakat tumbuh secara kolektif etika bermedia digital.


“Etika bermedia digital di sini bukan lagi dalam ranah individu, tapi menjadi kesadaran kolektif untuk mengatur niat, sikap, dan perilaku menghargai dan bertanggungjawab pada maratabat manusia,” ujar Maryam.


Di wilayah Kota Semarang, Kementerian Kominfo akan menyelenggarakan berbagai kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021.


Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa. Masyarakat diundang untuk mendaftar sebagai peserta webinar dan akan memperoleh berbagai materi pelatihan literasi digital lewat akun media sosial @siberkreasi. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment