News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Adaptasi Satuan Pendidikan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Online

Adaptasi Satuan Pendidikan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Online




Kota Semarang - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kembali menyelenggarakan webinar literasi digital untuk masyarakat Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (28/7/2021). Kali ini mengangkat tema menarik, "Adaptasi Pembelajaran Online di Masa Pandemi". 

Pandemi, kita tahu, telah mendorong budaya digital yang semakin masif. Hartanto (dosen Universitas Respati Yogyakarta) sebagai salah satu narasumber dalam diskusi virtual tersebut mengatakan, dalam konteks belajar, budaya digital telah membawa proses pembelajaran baru yaitu pendidikan secara online. Hal ini disebabkan adanya konvergensi dan perkembangan teknologi yang menuntut masyarakat untuk beradaptasi. 

"Sekarang yang menjadi realitas adalah belajar online. Ia menjadi budaya baru bagaimana guru dan pendidik melakukan transfer ilmu. Ada perubahan perilaku dari tatap muka menjadi daring. Bahkan budaya digital juga mengubah cara memenuhi kebutuhan dan cara komunikasi. Namun, itu semua perlu penyesuaian untuk tetap mengikuti perkembangan zaman," ujar Hartanto kepada 300-an peserta webinar. 

Untuk mendukung adaptasi ke dunia digital, jelas Hartanto, dibutuhkan wawasan literasi digital. Kominfo juga telah merumuskan empat pilar literasi digital yang meliputi digital culture, digital ethics, digital skill, dan digital safety. 

Sedangkan di masa pandemi, proses pembelajaran itu mengedepankan prinsip kesehatan dan keselamatan baik bagi peserta didik dan pendidik, keluarga dan masyarakat. Selain itu tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial menjadi pertimbangan dalam penyelenggaraan pendidikan. 

"Itu sebabnya, pemerintah telah memfasilitasi sarana pembelajaran jarak jauh dengan menyediakan platform belajar berbasis online seperti Rumah Belajar, siaran melalui stasiun televisi TVRI. Juga berbagai media belajar online lainnya Google for Education, Ruang Guru, Sekolahmu dan lain sebagainya," jelas Hartanto. 

Meski demikian tidak sedikit hambatan yang dialami pendidik dan peserta didik, juga orangtua, selama proses pembelajaran online. Selain infrastruktur serta sarana prasarana yang tidak bisa dinikmati semua siswa, kemampuan pengoperasian teknologi digital juga menjadi kendala. 

"Guru kesulitan menyesuaikan kurikulum untuk pembelajaran jarak jauh, tidak bisa monitoring siswa karena waktu belajar yang terbatas. Dari sisi orangtua juga tidak semua memiliki latar belakang keilmuan yang memadai untuk mendampingi belajar anak. Para siswa juga tidak bisa bertanya secara langsung kepada guru. Sehingga, untuk bisa beradaptasi di sistem pembelajaran online membutuhkan kerja sama secara menyeluruh baik dari guru, orang ltua, pihak sekolah, siswa, pemerintah, pelayanan kesehatan hingga masyarakat sipil," jelasnya. 

Karena itu, untuk beradaptasi di lingkungan digital diperlukan kemampuan praktis dan fungsional dalam menggunakan perangkat digital, mampu berpikir kritis, memahami keamanan digital agar siswa tidak mengakses konten berbahaya. Ada pemahaman kultur sosial, kolaborasi, kemampuan komunikasi yang efektif dan kreatif, serta mampu mencari dan memilah informasi. 

Di sisi lain, Fitriana Aenun (kepala MTsN 3 Purworejo) menambahkan, terkait etika dan netiket siswa dalam mengikuti pembelajaran online. Ketika bicara etika, maka kita berbicara bagaimana warga belajar harus bersikap, dalam hal ini bersikap di dunia digital. 

"Yang harus kita perhatikan adalah mengingat keberadaan orang lain di dunia maya, kita harus taat pada standar perilaku online, tidak melakukan hal yang dapat merugikan orang lain, mengedukasi peserta didik untuk membentuk citra positif dengan menerapkan sopan santun," jelas Fitriana.  

Ia mencontohkan ketika siswa mengirim email tugas kepada guru yang harus diperhatikan adalah menulis email dengan ejaan yang baik dan benar, tidak menggunakan huruf kapital, menuliskan keterangan subjek email, tidak mengirim email spam, menggunakan BCC (blind carbon copy) untuk menghindari tersebarnya email milik orang lain. 

"Etika dan netiket hendaknya ditanamkan di dunia pendidikan. Sekolah bisa membuat kegiatan terprogram seperti membuat kontrak belajar tentang etika dan netiket dalam pembelajaran agar peserta didik berinteraksi tetap pada koridor etika yang bersahabat, menilai dan mengevaluasi perilaku digital dalam pembelajaran. Pada kegiatan spontan, guru dapat menegur warga belajar yang melanggar etika pembelajaran, mengingatkan pentingnya etika ketika pembelajaran, dan memberikan reward kepada warga belajar yang berperilaku baik. Namun yang tak kalah penting adalah memberi teladan," pungkas Fitriana. 

Dalam webinar literasi digital yang dipandu oleh entertainer Zacky Ahmad juga hadir narasumber lainnya, Yusuf Mars (Pemred Padasuka TV), Yonathan Dri Handarkho (dosen UAJY Yogyakarta). Juga hadir Mellynda Alvinia (influencer) sebagai key opinion leader). 

Program literasi digital itu sendiri merupakan gagasan pemerintah dalam mendukung percepatan transformasi digital dan menciptakan sumberdaya yang cakap dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Kegiatan telah dimulai sejak Mei 2021 dan direncanakan berlangsung sampai akhir tahun ini.  (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment