News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Penanaman Nilai Pancasila Harus Dioperasikan oleh User dengan Digital Skill Tinggi

Penanaman Nilai Pancasila Harus Dioperasikan oleh User dengan Digital Skill Tinggi




SALATIGA – Pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila di media sosial kembali menjadi topik bahasan dalam webinar literasi digital yang kali ini, 14 Juni 2021, diselenggarakan untuk warga Kota Salatiga, Jawa Tengah. Topik besarnya ”Milenial sebagai ’Garda Depan’ Penjaga Pancasila di Media Sosial’, menghadirkan empat narasumber yang kompeten di bidangnya.

Mereka adalah Dr. Anis Masduqi (dosen UIN Sunan Kalijaga), Nur Kholis (penasihat ahli Kapolri bidang HAM), Pastor Antonius Benny Susetyo (Staf Khusus BPIP), dan Suharti MA (peneliti Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta). Webinar dipandu oleh moderator Dannys Citra serta Ayu Rachmah yang bertindak sebagai key opinion leader.

Mengawali paparan dengan berbagi pemahaman tentang pentingnya memiliki kecakapan digital (digital skill), Anis Masduqi kemudian mengaitkan Pancasila dengan paradigma digital skill dan urgensi melibatkan generasi milenial di dalamnya,

Anis berpendapat, generasi milenial diharapkan mampu menjadi penggerak kerukunan dan persatuan antar-anak bangsa, penanaman nilai-nilai Pancasila yang hendaknya digalakkan dengan formulasi atau metode pembelajaran yang relevan dengan perkembangan teknologi. ”Pancasila mesti dijadikan pegangan dan prinsip hidup generasi milenial dalam menghadapi masalah bangsa yang jauh lebih kompleks,” ujarnya.

Ia melanjutkan, sebagai dasar negara, Pancasila di era milenial menghadapi banyak tantangan. Di antaranya krisis intoleransi; penyebaran paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila secara terstruktur dan sistematis; banyaknya lembaga pendidikan, organisasi kemasyarakatan, dan komunitas sosial yang terpapar ideologi anti-Pancasila

Berikutnya, tantangan terkait ’cuci otak’ (brainwashing) generasi muda yang menyebabkan mereka jijik dan alergi pada politik kebangsaan. ”Selain itu, tantangan terkait permusuhan dengan statemen ambisius, tendensius, dipenuhi berita hoaks yang dibumbui isu-isu SARA untuk menciptakan perpecahan dan kekisruhan bangsa,” tuturnya.

Atas dasar itu, menurut Anis Masduqi, diperlukan integrasi antara nilai-nilai Pancasila dan kecakapan digital. Nilai-nilai Pancasila harus menjadi ruh atau spirit utama dari gerakan bersama, baik generasi tua maupun muda.

Anis menambahkan, ada sejumlah langkah yang perlu dilakukan untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dan kecakapan digital. Di antaranya, semua platform dijadikan ’core’ dan instrumen pokok dalam upaya menanamkan dan menyebarluaskan nilai-nilai Pancasila.

Berikutnya, konten-konten kreasi bernapaskan Pancasila harus memenuhi dan mendominasi ruang digital. Lalu, sumber-sumber informasi yang berkenaan dengan Pancasila harus mudah diakses.

”Selanjutnya, performa media digital yang mengusung ideologi Pancasila harus disesuaikan dengan cita rasa milenial. Lalu, gerakan penanaman nilai-nilai Pancasila ini harus dioperasikan oleh user yang memiliki digital skill tinggi,” kata Anis Masduqi.

Yang tak kalah penting diperhatikan adalah strategi integrasi Pancasila dan skill digital. Yang dimaksud dengan strategi digital adalah seni untuk membuat pilihan. Pilihan yang padat informasi datang dari analisis kritis, kejelasan proposisi, dan bagaimana masuk meresap ke targetnya, serta memberikan pemahaman yang baik bagi konsumennya.

Terkait itu, Anis Masduqi berpendapat, Pancasila perlu didefinisikan bersama antara generasi tua yang berjarak dengan dunia digital namun mengalami pahit manisnya sejarah implementasi Pancasila dan generasi muda yang ’digital native’ namun belum berpengalaman luas sehingga terhantui oleh tafsir baru atas Pancasila. Hal ini penting untuk mendapatkan analisis kritis, proposisi yang jelas, dan dapat disajikan ke konsumen sesuai target.

Anis menambahkan, menjadikan generasi milenial sebagai garda terdepan penjaga Pancasila di media sosial membutuhkan ”digital skill” yang mumpuni. Sementara itu, digital skill ini tidak akan terealisasi maksimal tanpa dukungan ”leadership” yang percaya diri, menguasai keadaan, dan tahu cara menghindari kegagalan dalam menerapkan strategi penanaman nilai-nilai Pancasila pada generasi milenial.

Di sisi lain, generasi milenial hanya akrab dengan dunia digital tapi tidak berpengalaman sebagaimana generasi tua dalam memahami nilai-nilai Pancasila. ”Untuk itulah, kolaborasi generasi milenial dan generasi tua sebagai satu kesatuan tim dalam memaknai hakikat Pancasila dan menyemarakkannya di dunia digital harus solid,” simpul Anis, mengakhiri paparan. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment