News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Karena Semua Agama Ajarkan Toleransi, Dunia Digital Pun Begitu

Karena Semua Agama Ajarkan Toleransi, Dunia Digital Pun Begitu




WARTAJOGJA.ID : Belum lama, ketika seorang ustad kondang berceramah di sebuah altar gereja, kaum netizen sesama Muslim justru mem-bully sang ustad. Masing-masing membawa dalil, merasa paling benar dan menyalahkan langkah sang ustad. Padahal, semua agama mengajarkan toleransi, yang berasal dari kata dalam bahasa Latin tolerantia, artinya kelonggaran dan kelembutan. Semacam tasamuh, saling menghormati dalam ajaran Islam.

Lebih detail, Islam mengajarkan, ukhuwah islamiah, persaudaraan sesama umat beragama, ukhuwah wathaniyah persaudaraan berdasar atas nama kesadaran kebangsaan. dan ukhuwah insaniyah persaudaraan berdasar atas nama kemanusiaan. ”Jadi sesungguhnya kalau semua kitab suci mengajarkan untuk bersikap toleran, maka ajaran itu juga mestinya dipraktekkan dalam kita bergaul dan menjaga tata krama beragama di dunia digital. Jangan sedikit-sedikit sebar intoleransi di dunia digital,” pesan budayawan M. Jadul Maula saat tampil dalam Webinar Literasi Digital yang digelar Kementerian Kominfo dengan Debindo untuk masyarakat Kabupaten Demak - Jawa Tengah, 8 Juni lalu.

Dalam webinar bertajuk ”Menjadi Pemeluk Agama yang Bertoleransi di Dunia Maya” itu, Jadul tampil bersama Ustad Zusdi Furi Arianto (Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada), Aina Masrurin (media planner CeritaSantri.id), Zulfan Arif (content writer), Ones selaku key opinion leader, dan dimoderatori oleh Tomy Romahorbo, yang cukup menghangatkan suasana Demak yang memang cukup panas. Hal itu membuat ratusan remaja masjid dan beragam kaum muda lintas agama yang mengikuti webinar tersebut tersejukkan hati dan pikirannya.

Zuldan Arif mengatakan, dunia maya sebenarnya sudah mengatur etika, tata krama dalam mengunggah segala info keberagaman beragama. Kita sepakati tatakrama itu sebagai netiked. Jadi, dengan mengacu tata krama itu, netizen tidak boleh lagi sembarangan menyebar kebencian yang beraroma nuansa SARA, mengumbar kobaran kebencian pada pemeluk agama lain di dunia maya jika berbeda pendapat  dan tak setuju dengan pola pikir pemeluk agama lain.

”Netiked mengatur agar kita saling menghormati dan bisa bersikap sopan dan lembut. Dengan begitu, media digital bisa bermanfaat untuk lebih mempersatukan umat lintas agama guna mencapai kehidupan yang lebih baik,” imbuh Zulfan Arif serius.

Sementara itu, Zusdi Furi Arianto dari Quranesia mengatakan, selama ini kita diajarkan tepa selira. Kalau kita ingin orang lain menghargai keyakinan kita, ya mari kita berusaha menghargai dan menghormati keyakinan orang lain. 

”Itu pola pikir yang mestinya dijadikan pedoman saat bersilaturahmi di dunia maya. Kalau itu kita jaga bersama, maka saling bully dan ajaran radikal yang kini dituding disebar lewat beragam info dunia maya bisa ditangkal bersama,” ungkap Zusdi.

Salah satu upaya menangkal provokasi intoleransi mestinya juga dilakukan dengan kampanye untuk melawannya. Banjiri dengan pesan-pesan positif, misalkan indahnya merayakan Imlek bersama atau ikut buka puasa tetangga di bulan Ramadan dan buatlah konten perlawanan yang menjerit, menarik, jelas ringkas dan tepat - baik dalam gambar maupun narasinya.

”Hal itu mesti dikerjakan bersama-sama lintas-netizen dengan beragam agamanya. Mulai dengan bhiku yang membantu seorang Muslim berwudhu atau suster yang bergandengan dengan wanita berjilbab menyeberang jalan. Itu akan menjadi konten menarik yang mengundang simpati. Pesan-pesan toleransi itu mesti terus kita produksi dan banjiri di dunia maya,” pesan Aina Masrurin dari CeritaSantri.id.

Suryo Hananto, seniman multitalenta yang populer dengan panggilan Ones, mengatakan bahwa selain menjaga unggahan positif di dunia maya, di dunia nyata kita sinergikan dengan yang maya. Ones mencontohkan, laba yang ia peroleh dari jual lukisan dan motor custom di dunia maya, ia sedekahkan lewat usaha di luring buka barbershop dengan postingan khusus di Instagram setiap hari Jumat dengan kalimat: ”Cukur Bayar Seikhlasnya”

”Dengan diakali begitu, barber-nya malah jadi lumayan laris. Intinya, kalau kita sebar konten-konten positif, maka kita akan memanen yang positif dengan berlimpah,” ujar pemilik akun Instagram dengan follower sudah 12 ribu. (Cak/Rls)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment