News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Sambangi Rumah Buruh Lumpuh Di Gunungkidul, Wanita Bermasker Hujan Air Mata

Sambangi Rumah Buruh Lumpuh Di Gunungkidul, Wanita Bermasker Hujan Air Mata


Wanita bermasker Yuni Astuti (kedua dari depan) dan suaminya, Ketua MPW PP DIY Faried Jayen (paling depan) saat memberikan bantuan ke rumah buruh lumpuh Lasiyo di Gedangsari Gunungkidul

WARTAJOGJA.ID: Nasib orang siapa tahu. Tak ada yang pasti dan semua bisa terjadi dalam hidup ini.

Adalah Lasiyo, 45 tahun, warga RT 14 RW 03 Dusun Dawung, Kelurahan Serut, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul. 

Tulang punggung keluarga itu tergolek tak berdaya di rumah kecilnya empat tahun terakhir ini  karena mengalami kecelakaan kerja 2016 silam.

Bapak dua anak ini lumpuh total dan tangan kirinya diamputasi. Sebagian kulit tubuhnya tampak terkelupas, seperti bekas terbakar hebat.  Syaraf-syaraf otaknya tidak berfungsi secara baik. Tatapan matanya kosong dan hanya sedikit bicara.

"Tahun 2016 lalu, saat bapak sedang bekerja jadi buruh bagian perbaikan instalasi listrik di Kota Yogya, tangannya tak sengaja menyentuh kawat listrik bertegangan tinggi. Bapak tersengat listrik cukup lama karena kabel itu menempel  tangannya sampai lengannya menjadi lengket," ujar Sukati, Istri Lasiyo saat dikunjungi Yuni Astuti di rumahnya Gedangsari, Gunungkidul Senin 13 Juli 2020.


Lasiyo, buruh bangunan yang empat tahun terakhir lumpuh setelah mengalami kecelakaan kerja, masih tergolek saat dikunjungi wanita bermasker Yuni Astuti di rumahnya.

Yuni Astuti adalah sosok wanita bermasker yang belakangan viral lewat aksinya bagi-bagi uang dari atas mobil Hummer. Ia ditemani sang suami, Ketua MPW Pemuda Pancasila DIY Faried Jayen serta rombongan Pemuda Pancasila Gunungkidul sengaja mendatangi Lasiyo setelah mendapat informasi tentang kondisi buruh itu.

Kepada Yuni, Sukati melepas semua kepedihan yang ia rasakan selama ini. Satu persatu kondisi pilu yang harus ditanggungnya pasca suaminya lumpuh diceritakannya dan membuat suasana haru. Sukati seolah ingin melepas semua beban batinnya hingga air mata keduanya tanpa sadar bercucuran atas fragmen hidup yang musti dihadapi itu.

"Bapak kadang-kadang masih merasakan pusing kepalanya, kakinya masih sering ngilu. Setiap hari hanya bisa di tempat tidur," ujar Sukati.

Sukati menuturkan saat ini suaminya masih rutin menjalani kontrol kesehatan. Selain kontrol rutin ke RS Panti Rapih maupun RS Bhayangkara, setiap dua hari sekali ada perawat datang di rumah.

Sukati bersyukur, ketika situasi bertambah sulit di masa pandemi Covid-19 ini, Yuni dan suaminya masih berkenan datang jauh-jauh menengok dan memberi bantuan demi menopang kehidupannya sehari hari menghidupi suami dan dua anaknya.

Yuni sendiri mengaku tak kuasa melihat kondisi Lasiyo dan keluarganya yang seolah ditimpa kemalangan bertubi-tubi. Saat mendengarkan cerita istri Lasiyo, Ketua Badan Pengusaha Pemuda Pancasila (BPPP) DIY itu terlihat beberapa kali menyeka air matanya. Yuni juga sempat keluar rumah itu sejenak karena sudah tak mampu membendung kepedihan yang dirasakan keluarga Lasiyo.

Yuni hanya berpesan agar istri dan anak-anak Lasiyo tetap sabar dan tawakal menerima cobaan dari Allah SWT. “Semangat njih Pak, Bu. Lebih sabar merawat Bapak. Pahalanya kan juga untuk panjenengan. InsyaAllah,” ucap Yuni setengah terisak.



Bantuan untuk keluarga Lasiyo, buruh bangunan yang lumpuh oleh wanita bermasker, Yuni Astuti di Gunungkidul.

Kedatangan Yuni bersama suami dan sejumlah Pemuda Pancasila ke rumah Lasiyo diiiringi pemberian aneka bantuan. Dimulai dari mengganti tempat tidur Lasiyo yang nyaris lapuk dimakan usia dengan ranjang dan sprei baru lengkap dengan bantal guling yang lebih bersih dan nyaman. 

Juga sejumlah perabot
baru seperti set meja tamu, kursi dan lain-lain serta bantuan uang tunai untuk kebutuhan harian keluarga itu.

Yuni Astuti tidak keberatan jika harus mengajak pihak-pihak lain untuk bersama membangun kembali rumah  Lasiyo yang dinilai tak layak huni itu.

"Syukur kalau punya rezeki saya beli materialnya, nanti teman-teman (Pemuda Pancasila) yang membangun. Hanya saja kalau bisa dibangun dilahan yang lebih strategis karena sebenarnya dibutuhkan bantuan untuk membuka usaha keluarganya," terang Yuni.

Patut diketahui rumah Lasiyo yang ditinggalinya sekarang bukanlah rumah pribadinya, melainkan hanya menempati milik kerabatnya. Sebab rumah asli Lasiyo berada di sebuah lereng bukit telah ambruk dan tinggal tersisa puing-puing karena bencana tanah longsor.  

“Ini bukan rumah saya. Punya kakak. Numpang. Rumah saya di bawah sana sudah nggak ada lagi. Cuma tinggal lantainya,” ungkap Sukati, istri Lasiyo.

Keluarganya tunawisma, dan hanya tinggal di rumah saudaranya, itupun rumah yang sebenarnya tergolong Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Bangunan tembok rumah masih batokanan saja, usuk dari bambu sebagai atap rumah banyak yang sudah gapuk dan bergelombang. Tidak ada meja kursi di ruang tamu, sebagian ruang hanya ditutup menggunakan korden untuk kamar tidur dan menumpuk baju.

Menengok ke bagian belakang, sarana tempa mandi cuci kalkus (mck) juga jauh dari kayak. Termasuk pula kamar tidur yang ditempati Pak Lasiyo yang terbuat dari papan kayu dan dibagian atap kamar dipasangi lembaran kain untuk menahan kotoran yang jatuh dari atas. 

Oleh sebab itu, dengan kondisi serba sulit yang dialaminya itu, Sukati berulangkali mengucap sykur atas kedatangan Yuni Astuti dan suami untuk membantunya.

Suami Yuni Astuti yang juga Ketua MPW Pemuda Pancasila DIY Faried Jayen mengatakan kedatangannya ke rumah keluarga Lasiyo karena digerakkan rasa kemanusiaan. Setelah mendapat informasi soal keluarga itu.

“Kami hanya berusaha membantu apa yang bisa kami bantu. Ini hanya bentuk kepedulian kami sebagai Pemuda Pancasila kepada sesama,” kata Jayen.

Jayen menuturkan Pemuda Pancasila harus punya hati namun tidak boleh cengeng. Mereka juga harus bersedia membantu masyarakat berdasarkan kemampuan masing-masing.

(Rls/)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment