Persiapan Homestay Yogya Sebelum Terima Tamu Menginap
WARTAJOGJA.ID : Ujicoba pembukaan kembali sejumlah obyek
wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Juli ini ditindaklanjuti dengan
pematangan persiapan homestay yang tersebar di seluruh destinasi agar ikut siap
menerima tamu yang menginap.
Homestay di berbagai kawasan destinasi itu,
seluruhnya tutup dan mati suri selama empat bulan terakhir sejak wabah Covid-19
merebak.
Padahal homestay-homestay itu selama ini jadi buruan
wisatawan khususnya backpacker, yang membutuhkan penginapan dengan harga lebih terjangkau
dengan fasilitas lumayan.
Di kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran misalnya, pihak
pengelola sudah beberapa kali duduk bersama para pemilik 80-an homestay yang
tersebar di sekitar kawasan itu. Untuk membahas persiapannya sebelum kelak bisa
menerima tamu untuk menginap.
“Untuk homestay ini kan tata ruangnya beragam,
sifatnya juga bukan seperti hotel karena interaksi dengan tamu tinggi, maka
perlu aturan main bersama yang jelas di masa normal baru itu,” ujar Sekretaris
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gunung Api Purba Nglanggeran Gunungkidul
Yogyakarta, Sugeng Handoko Kamis 23 Juli 2020.
Sugeng mengatakan satu protokol operasional homestay
yang kini dimatangkan terutama ketentuan jumlah tamu yang diijinkan bermalam. Dalam
satu kamar atau homestay, untuk menjaga jarak fisik, mulai diatur lebih ketat. Misalnya
satu tempat tidur hanya bisa diisi satu orang atau maksimal dua orang yang
merupakan pasangan suami istri.
“Kalau sebelum wabah kan bisa rombongan berapapun
jumlahnya masuk, lalu satu kamar diisi banyak orang, ke depan tidak bisa
seperti itu,” ujar dia.
Sugeng tak menampik, homestay di kawasan Nglanggeran
jadi buruan wisatawan luar sebelum wabah. Khususnya kalau sudah memasuki akhir
pekan, libur panjang atau saat ada event budya di Nglanggeran. Sebab tarifnya cukup
miring. Mulai Rp150 ribu per orang per malam.
Sampai suatu waktu pernah terjadi satu rombongan
berisi 250 orang wisatawan datang dan berjubel di homestay-homestay yang
tersisa kamarnya.
Selain pengaturan jumlah kapasitas tamu yang
diijinkan menginap, ujar Sugeng tentu saja yang diatur soal protokol standar
homestay itu dalam menyediakan fasilitas kebersihan.
Hanya saja, soal kapan persisnya homestay homestay
di Nglanggeran itu mulai boleh menerima tamu, Sugeng belum dapat memastikan. Karena
persiapan setiap homestay berbeda.
“Hasil pertemuan terakhir dengan pemilik homestay,
mereka sepakat belum mau menerima tamu menginap karena kasus Covid-19 Juli ini
justru tampak meningkat,” ujar dia.
Selainitu, homestay belum menerima tamu karena aktivitas
saat malam di destinasi Nglanggeran sendiri masih terbatas, yakni hanya dari jam
08.00 sampai 18.00 sore.
“Jadi misalnya ada wisatawan kemalaman saat ke
Nglanggeran, silahkan mencari penginapan di Kota Yogya, kami belum bisa pastikan dan targetkan kapan
homestay beroperasi, masih dipersiapkan semua,“ ujarnya.
Sugeng menuturkan, sejak Nglanggeran ujicoba
terbatas Juli ini, selain soal homestay, permintaan membuka area camping atau
program live ini cukup tinggi. Program live in ini merupakan paket wisata menginap
di homestay atau rumah penduduk selama tiga hingga tujuh hari.
Tak hanya di Nglanggeran. Pengelola kawasan Tebing
Breksi di Kabupaten Sleman juga menyataan bahwa masih mempersiapkan homestay
yang ada. Belum bisa menerima tamu yang menginap.
Ketua Pengelola Wisata Tebing Breksi Kholik
Widiyanto mengatakan penginapan di kawasan dalam dan sekitar destinasi itu,
saat ini juga masih dalam persiapan protokol dan belum bisa menerima tamu
menginap. Walaupun obyek wisata Breksi sudah ujicoba beroperasi.
“Untuk homestay kami masih menunggu rekomendasi
pemerintah,” ujar Kholik. Sebab SOP (standar operational procedure) yang diterima
pengelola hanya untuk ujicoba destinasi, bukan untuk operasional homestay.
Di dalam kawasan destinasi Breksi sendiri tersedia
tiga kamar dan satu family room yang bisa menampung 19 orang. Sedangkan di sekitaran
atau luar Breksi itu ada 20 an homestay yang menyediakan 40 kamar.
Jika ada wisatawan kemalaman saat menyambangi
Breksi, pengelola pun menyarankan mencari penginapan di luar kawasan destinasi
itu. Homestay di kawasan Breksi selama ini juga jadi buruan karena harganya
yang miring. Misalnya untuk family room yang berkapasitas 10 orang, hanya
ditawarkan Rp 2 juta atau per orang per malam Rp 200 ribu.
Dari kawasan Breksi ini, wisatawan bisa menjangkau
dekat Candi Prambanan, Ratu Boko, dan berbagai candi di kawasan Sleman timur. (Jan/Has)
Post a Comment