News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Istilah New Normal Asing, Gunungkidul Tawarkan Karakter Sosial Baru

Istilah New Normal Asing, Gunungkidul Tawarkan Karakter Sosial Baru




WARTAJOGJA.ID : Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa Indonesia akan menghadapi kehidupan normal yang baru (New Normal) di mana masyarakat harus hidup berdampingan dengan COVID-19 sehingga protokol kesehatan akan terus diterapkan secara ketat dalam waktu mendatang.

Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi tak setuju dengan istilah itu karena dinilai malah bisa membingungkan masyarakat apalagi dijalankan.

Istilah new normal dianggap tidak cukup persuasif bagi masyarakat Indonesia yang umumnya berbasis paguyuban khususnya masyarakat di pedesaan.

"Secara kategoris, istilah itu sudah membawa orang untuk berhadap- hadapan antar kubu pandangan," ujar Immawan Kamis 21 Mei 2020.

Immawan menilai dialektika yang ditawarkan dengan new normal kelewat rumit untuk dipahami.

Ia mengusulkan istilah untuk menyambut era baru dalam menghadapi pandemi itu dimodifikasi sedikit persuasif. 

"Misalanya, bersama-sama membangun karakter sosial baru," ujar Immawan.

Menurut Immawan, persepsi yang ditawarkan dengan terminologi karakter sosial baru akan lebih mudah dipahami dan dijalankan masyarakar. Berangkat dari apa yang sudah terjadi, dialami, dan dibangun selama Indonesia menghadapi pandemi.

Secara natural, ujar dia, masyarakat Gunungkidul sendiri merupakan masyarakat yang fondasi kulturalnya kokoh. Hal itu bisa dilacak dari termonologi yang nyaris sakral seperti guyub rukun. Artinya masyarakat seperti Gunungkidul ini kohesivitasnya atau ketertarikan dan motivasi terhadap tradisi dalam kelompok tinggi.

"Sehingga ketika ada acuan bersama yang memiliki rasa kedekatan kuat dengan mereka, akan mudah mengajak mereka menyesuaikan," ujar Immawan.

Yang menjadi persoalan ketika konsep new normal ini mulai disosialisasikan pusat, apakah juga mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat umumnya. Apakah landasan sosial itu benar-benar kokoh. 

"Jika landasan sosial masyarakat yang menerimanya tidak cukup kokoh, mereka yang sudah punya kohesivitas tinggi tidak akan  mengikuti arahan suprastruktur seperti new normal itu," ujarnya.

Dengan latar belakang itu, Immawan sangsi penggunaan isilah new normal mampu mengawal masyarakat masuk kehidupan baru pasca atau yang bersahabat dengan pandemi .

"Penggunaan bahasa selain menunjukkan rasa juga menunjukkan dialektika," ujarnya.

Immawan menilai dengan penggunaan istilah karakter sosial baru yang dinilai lebih persuasif bisa dijalankan misi-misi mitigasi kepada masyarakat lebih mudah.

Mulai dari hal hal sederhana seperti mengajak dan mengenalkan kembali perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS. Istilah PHBS ini populer di pedesaan serta menjadi moralitas dalam kehidupan keseharian. Juga kedisiplinan menjaga kesehatan. Serta peduli dan tanggap terhadap persoalan kemanusiaan. 

(Wsp/Dho)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment