News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Marak Klitih, Pemuda Pancasila Jogja: Itu Aksi Kriminal!

Marak Klitih, Pemuda Pancasila Jogja: Itu Aksi Kriminal!

WARTAJOGJA.ID : Masih sering munculnya kasus kejahatan klitih di Yogyakarta telah menimbulkan teror keresahan masyarakat. Terlebih Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata rentan mengganggu kenyamanan wisatawan.

Salah satu elemen kepemudaan di Yogyakarta yaitu Pemuda Pancasila (PP) DIY mengutuk keras tindakan klitih. Mereka mengkategorikan klitih tidak sekedar aksi kenakalan namun sudaj tindakan kriminal walaupun pelakunya melibatkan usia anak-anak dibawah 17 tahun.

“Sebenarnya saya tidak setuju jika disebut klitih karena itu malah menjadi semacam kebanggaan bagi para pelaku. Saya lebih cocok jika disebut pelaku kriminal. Maka itu jika sudah memenuhi prosedur, kami mendorong aparat kepolisian tidak segan-segan melakukan tembak di tempat,” tegas Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) PP DIY, Faried Jayen Soepardjan di sela-sela pertemuan kader PP DIY, di kediamannya di Dalem Sambisari, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, Minggu (16/2/2020).

Barisan pemuda berseragam loreng hitam-orange itu merasa jika aksi klitih di Yogyakarta sudah sangat meresahkan masyarakat. 

Menurut Jayen, sapaan akrab Faried Jayen, meminta aparat kepolisian melakukan tindakan tembak di tempat bagi pelaku klitih saat tertangkap melancarkan aksinya.
Jayen mengatakan aksi klitih merupakan kejahatan yang sudah meneror masyarakat DIY. Masyarakat resah dan ketakutan terhadap maraknya aksi klitih. Kondisi tersebut menurutnya tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena hanya akan menjadikan Yogyakatya tidak nyaman dan mengancam kunjungan wisatawan.

Ia pun menyampaikan apresiasinya kepada pihak kepolisian yang selama ini tetap memproses hukum bagi para pelaku. Menurutnya, menghadapi kasus klitih perlu tindakan tegas namun tetap memperhatikan hukum yang berlaku. Adapun dari sisi pencegahan, pihaknya juga telah menginstruksikan kepada Pimpinan Pemuda Pancasila di semua level di DIY untuk turut melakukan pemantauan ancaman klitih.

“Kami sudah intruksikan sampai pimpinan tingkat anak ranting (setingkat pedusunan) untuk memantau lingkungan terhadap kerawanan klitih,” tegas dia.
Ia menyadari jika penanganan klitih tidak dapat diserahkan pada keluarga dan pihak sekolahan semata. Semua unsur terkait, dituntut juga turut memantau di lingkungannya masing-masing. “Termasuk kami di PP juga punya peran untuk memantau, dan sudah kita intruksikan,” tegas dia.

Sikap tegas terhadap kasus klitih sebelumnya juga disampaikan oleh Dandim 0734 Kota Yogyakarta Kolonel Arh Zaenudin, yang tidak segan-segan melakukan mutasi anggotanya khususnya Babinsa yang gagal mendeteksi klitih. “Kita ada mekanisme evaluasi anggota yang ditugaskan. Kami minta para anggota waspada mengantisipasi kejahatan klitih. Jika gagal sampai berulang, maka bisa dimutasi. Bisa dipindah ke Papua, siap-siap saja,” tegas 

Zaenudin saat menjadi pembicara dalam acara diskusi Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Kesatuan Bangsa Kota Yogyakarta, Kamis (22/1/2020), di Hotel Grage Yogyakarta.
Zaenudin menilai klitih tidak ubahnya seperti teroris yang membuat keresahan masyarakat. Klitih juga melakukan teror, ancaman hingga aksi nyata. Setelah itu mereka pun merasa senang jika aksinya diunggah di media umum ataupun media sosial.
“Mereka tujuannya membuat resah, sama saja dengan teroris ketika setelah melakukan aksi kemudian diupload biar orang resah,” katanya.
Fenomena masih munculnya kejahatan klitih tersebut juga mendapatkan respons tegas dari kalangan DPRD DIY. Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD DIY, Rany Widayati mengungkapkan kasus klitih tergolong sadis dan biadab karena sudah diluar batas nalar. Itu mengingat pelakunya adalah anak-anak dibawah umur yang notabene adalah para pelajar.
Rany berpandangan ada beberapa pendekatan untuk mencari solusi dari persoalan klitih. Yaitu, aparat penegak hukum perlu menindak tegas pelaku klitih dengan tetap mengedepankan perlindungan hak anak dihadapan hukum. Selain itu pihak sekolah perlu melakukan deteksi dini, pengawasan dan pendampingan kepada anak-anak yang ditengarani terpapar klitih.
Ketua Fraksi PDIP DPRD DIY, RB Dwi Wahyu juga menegaskan keberadaan klitih salah satunya tidak terlepas dari pengaruh konsumsi minuman beralkohol ataupun narkoba. “Pertanyaannya, mengapa terjadi peredaran yang begitu masif?,” tanya Dwi.
Menurut Dwi, di DIY ada sekitar 35.170 setara dengan 1.19% terdampak narkoba. Data kasar ini harusnya menjadi perhatian bersama. “Karena itu harus kita lawan bersama,” tegas politisi PDIP, itu.
Kepala Kesbang Kota Yogyakarta Zenni Lingga menjelaska fenomena klitih tidak terlepas adanya genk-genk pelajar. Di Kota Yogyakarta ini ada 24 genk SMA, SMP/SMK. “Secara kuantitatif kasus klitih mengalami penurunan, tahun 2018 terjadi 18 kali dan 2019 sebanyak 16 kali,” jelas dia. (Gun/Sip)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment